Para ulama di Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) agar tetap lestari dan berkembang di tengah tantangan zaman. Upaya ini dilakukan melalui pendidikan, dakwah, organisasi keagamaan, serta adaptasi dengan teknologi modern. Berikut adalah berbagai cara yang dilakukan oleh ulama dalam menjaga Aswaja di Indonesia:
1. Memperkuat Pendidikan Islam Berbasis Aswaja
Pendidikan menjadi pilar utama dalam mempertahankan ajaran Aswaja. Para ulama melakukannya dengan cara:
a. Mengembangkan Sistem Pesantren
- Pesantren menjadi pusat pendidikan Islam yang mengajarkan fikih Mazhab Syafi’i, akidah Asy’ariyah-Maturidiyah, dan tasawuf.
- Contoh pesantren besar: Tebuireng (Jombang), Lirboyo (Kediri), Sidogiri (Pasuruan), Sarang (Rembang), dan banyak lainnya.
- Kurikulum pesantren tetap mempertahankan kitab-kitab kuning (kitab turats) sebagai referensi utama ajaran Islam Aswaja.
b. Mendirikan Madrasah dan Sekolah Berbasis Aswaja
- Pendidikan formal seperti Madrasah Diniyah, MI, MTs, MA, dan universitas Islam yang berbasis Aswaja terus dikembangkan.
- Contoh lembaga pendidikan tinggi Aswaja: Universitas Islam Negeri (UIN), Ma’had Aly, dan Perguruan Tinggi NU (PTNU).
c. Mencetak Kader Ulama Aswaja
- Banyak santri dikirim belajar ke Makkah, Mesir (Al-Azhar), Maroko, Yaman, dan negara lain untuk memperdalam ilmu agama.
- Setelah kembali ke Indonesia, mereka menjadi ulama yang melanjutkan perjuangan dakwah Aswaja.
2. Menjaga Tradisi Keagamaan Aswaja
Para ulama mempertahankan dan mengajarkan amaliyah Aswaja yang telah menjadi bagian dari kehidupan umat Islam di Indonesia, seperti:
- Tahlilan, Yasinan, dan Istighotsah → Dzikir dan doa bersama untuk keberkahan dan keselamatan.
- Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan Haul → Peringatan hari-hari besar Islam untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi dan ulama.
- Ziarah Kubur dan Tawassul → Menghormati para wali dan ulama sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan mereka.
- Pengajaran Tasawuf → Mengajarkan ajaran Imam Al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi untuk menyeimbangkan antara syariat dan akhlak.
Ulama memastikan bahwa tradisi ini tetap lestari meskipun ada tantangan dari kelompok yang menolak amaliyah Aswaja.
3. Mengokohkan Organisasi Keislaman Aswaja
Organisasi Islam berperan besar dalam menjaga Aswaja. Ulama mendirikan dan mengelola organisasi besar seperti:
a. Nahdlatul Ulama (NU) – 1926
- Didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan ulama lainnya.
- Menjadi organisasi terbesar yang menjaga ajaran Aswaja melalui pendidikan, dakwah, sosial, dan politik kebangsaan.
b. Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI-NU)
- Organisasi yang menaungi pesantren untuk mempertahankan pendidikan berbasis Aswaja.
c. Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN)
- Mengayomi tarekat sufi yang mengikuti ajaran tasawuf Aswaja.
Melalui organisasi ini, ulama menjaga Aswaja dari berbagai tantangan seperti radikalisme, liberalisme, dan sekularisme.
4. Mengembangkan Dakwah yang Moderat dan Toleran
Ulama menjaga Aswaja dengan menyebarkan Islam yang moderat (wasathiyah) dan rahmatan lil ‘alamin. Beberapa metode yang digunakan:
a. Dakwah Kultural
- Menggunakan seni, budaya, dan kearifan lokal dalam menyebarkan Islam (contoh: wayang dakwah Sunan Kalijaga, hadrah, shalawat).
- Menjaga tradisi Islam Nusantara agar tetap relevan di tengah modernisasi.
b. Dakwah di Media Sosial dan Digital
- Ulama dan dai Aswaja aktif berdakwah melalui YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast untuk menjangkau generasi muda.
- Contoh ulama yang aktif di media digital: Gus Baha, Habib Luthfi bin Yahya, KH Yahya Cholil Staquf, Gus Miftah.
c. Dialog Antaragama dan Moderasi Beragama
- Ulama Aswaja menekankan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).
- Mencegah konflik antar umat beragama dengan pendekatan damai dan toleransi.
5. Menangkal Radikalisme dan Ekstremisme
Ulama Aswaja berperan dalam menjaga Indonesia dari kelompok radikal dan ekstremis yang ingin menggantikan sistem negara. Cara yang dilakukan:
- Menegaskan bahwa NKRI dan Pancasila sesuai dengan Islam.
- Melawan gerakan takfiri (kelompok yang mudah mengkafirkan Muslim lain).
- Mengembangkan kurikulum deradikalisasi di pesantren dan sekolah-sekolah Islam.
- Bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas negara.
6. Menjaga Peran Pesantren dalam Masyarakat
Pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya. Upaya yang dilakukan:
- Mendirikan koperasi dan usaha berbasis pesantren untuk kemandirian ekonomi santri.
- Membangun pusat kajian Aswaja untuk melahirkan ulama intelektual.
- Menyelenggarakan program sosial, seperti bantuan kemanusiaan dan pemberdayaan masyarakat.
7. Mengadaptasi Teknologi dan Perkembangan Zaman
Untuk menjaga eksistensi Aswaja di era modern, ulama beradaptasi dengan perkembangan teknologi, seperti:
- Membuat platform dakwah digital (NU Online, TVNU, Radio NU, dsb.).
- Menggunakan media sosial untuk menyebarkan ilmu Aswaja.
- Mengembangkan aplikasi keislaman berbasis Aswaja.
Dengan memanfaatkan teknologi, ajaran Aswaja tetap bisa tersebar luas dan menjangkau generasi muda.
Kesimpulan
Para ulama menjaga Aswaja di Indonesia melalui berbagai cara, seperti pendidikan pesantren, dakwah moderat, organisasi Islam, menjaga tradisi keagamaan, menangkal radikalisme, dan adaptasi teknologi. Dengan pendekatan yang fleksibel namun tetap berpegang teguh pada ajaran Islam, Aswaja terus berkembang sebagai pilar utama Islam di Indonesia.
0Komentar